Minggu, 16 Februari 2014

Jepang Lirik Padi Organik di Malino Gowa

Sindo, Senin, 17 Februari 2014

Sungguminasa - Investor Jepang kembali menyatakan ketertarikannya menanamkan investasi di Sulsel. Kali ini, mereka membidik kawasan wisata di Malino.

Investor dan ilmuan Jepang yang tergabung dalam Association of Medical Doctors of Asia (AMDA) Internasional, menyatakan terpikat ingin mengembangkan padi organik di Malino, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa. Presiden AMDA Internasional, Shigeru Suganami, mengaku pihaknya ingin mengembangkan padi di Malino, mengingat jenis tanah di wilayah tersebut, sangat prodoktif dan subur. Sehingga, sangat potensial bisa ditanami padi organik. 
" Malino sangat potensial menanam padi, Makanya kami akan bekerjasama dalam pengembangan tanaman padi organik tersebut," tandas, Shigeru, saat bertemu dengan Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo di Malino, Tinggimocong kemarin. 

Saat meninjau lokasi di Malino, Shigeru didampingi perwakilan AMDA Indonesia, Prof. Dr. Husni Tanra, Rektor Universitas Provinsi Okayama Prof Hideaki Tsuji, Universitas Okayama Yusui Fukuda, serta dari AMDA Japan Kenji Sakamoto, dan Nozomi Yamazaki. Ketua AMDA Indonesia, Husni Tanra  mengatakan, masyarakat Jepang saat ini lebih banyak mengkonsumsi tanaman organik, dan sudah dilakukan beberapa tahun. Menurut dia, peluang penanaman padi organik harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Gowa. " Tanaman ini cukup potensial dikembangkan, karena sudah menjadi peluang bisnis yang menjanjikan,". Dia berharap, ketertarikan Jepang bisa segera ditindaklanjuti dalam bentuk kerjasama. Sebab, jika itu berhasil dilakukan maka ke depan, masyarakat punya tanaman lain yang bisa dimassifkan produktivitasnya. 

Sekadar diketahui, cara budidaya padi organic menggunakan metode System of Rice Intensification (SRI). Metode ini merupakan suatu inovasi dalam teknik budidaya padi. Dibeberapa tempat, SRI dilaporkan telah berhasil meningkatkan produktivitas padi hingga dua kali lipat. Pada organik mulai berbunga 2-3 bulan, dan bisa dipanen rata-rata pada umur sekitar 3,5 sampai 6 bulan, tergantung jenis dan varietasnya. Pada luasan lahan 200 meter persegi, untuk padi yang berumur pendek (3,5 bulan) biasanya diperoleh 2 kwintal gabah basah, setara dengan 1, 5 kwintal gabah atau 90 kg beras.